Kamis, 30 September 2010

mencari

saat kau tak lagi sendiri, masihkah kau merasa sendiri?

saat kau tak lagi sepi, masihkah kau merasa sepi?

saat kau bergelimang materi, sudahkah kau temukan apa yang kau cari?

apa sebenarnya yang kita cari?!

siapa sebenarnya yang kita cari?!

dapatkah pencarian ini tuntas di dunia materi?!

Minggu, 19 September 2010

asma al-husna

Tanpa

ar Rahman

ar Rahim

al Wadud


Maka

al-Malik

al-Qahhar

al-Hakam

al-Qawiy

adalah kehancuran


Tanpa

al-Malik

al-Qahhar

al-Hakam

al-Qawiy


Maka

ar Rahman

ar Rahim

al Wadud

hanyalah omong kosong

tanpa makna



Senin, 30 Agustus 2010

perempuan di tikungan jalan

Beberapa musim yang lalu, sekitar jam 2 siang.
Setelah berkunjung ke rumah nenekku, aku berjalan menyusuri kampung, menuju jalan raya. Entah kenapa, jalan kampung itu, yang biasanya ramai, siang itu begitu sepi, lengang.
Tak kujumpai seorangpun.
Sampai aku lihat, sekitar dua puluh meter di depanku, seorang ibu, setengah baya, sedang membersihkan halaman rumahnya.

Tak ada yang aneh...
Hingga ketika aku sampai di dekatnya, tiba-tiba saja dia memanggilku.
"ya Bu, ada apa Bu?", tanyaku sambil menghentikan langkah.
"Begini mas", ibu itu menjawab,"di depan sana, setelah tikungan, ada perempuan tergeletak di tengah jalan, Kalau sampean mau turut kata saya, lewati saja, biar, jangan di tolong".
Kaget, aku balik bertanya, singkat,"kenapa Bu?"
"Pernah ada kejadian", ibu itu bercerita, "seseorang menolong orang yang tergeletak di jalan, seperti perempuan itu, dan di bawanya pulang ke rumah. Kebetulan rumah sepi. Perempuan itu dia tinggal sendirian di rumah ketika si penolong keluar untuk membeli obat obatan. Dan, ketika si penolong kembali ke rumah, perempuan yang ditolongnya sudah tidak ada ditempat, dengan membawa barang barang berharga dari rumahnya. Perempuan itu ternyata penipu!".
Diam sejenak, ibu itu kemudian melanjutkan kalimatnya, mengulangi saran yang tadi dia sampaikan, "kalau sampean mau turut kata saya, lewati saja, biar, jangan di tolong".

Entah, dalam tingkat kesadaran yang bagaimana aku saat itu, sambil terbengong-bengong, menjawab,"baik Bu, terima kasih peringatannya".
Kemudian, dengan kepala dipenuhi dengan dugaan-dugaan tentang kemungkinan apa yang akan terjadi di depanku, aku melangkah pelan meninggalkan ibu itu, berjalan ke arah di mana -yang memang tidak aku percaya sepenuhnya- ada perempuan tergeletak di jalan.
Aku terus berjalan dan terus menggerutu dalam hati, "kenapa, benar-benar tidak seperti biasanya, jalan ini begitu sepi?!

Dengan jantung berdebar, aku melewati tikungan itu.
Dan, benarlah apa yang dikatakan ibu itu!
Perempuan itu ada!
Tergeletak di tengah jalan!
Lima meter di depanku!

Perlahan aku berjalan mendekatinya, sampai aku berada tepat di depannya.
Kuhentikan langkah.
Sejenak mengamatinya.
Matanya terpejam.
Pakaian lusuh membungkus tubuhnya.
Kulitnya merah tembaga.

Kataku dalam hati, "kenapa jalan ini begitu sepi?!"

Perempuan itu tergeletak, tepat di hadapanku.
Aku terus berpikir, apa yang harus aku lakukan?
Aku menoleh kesana kemari, kesemua arah.
Tak kulihat seorangpun.
Bahkan setelah beberapa waktu, belum juga aku lihat seorangpun.

Lagi-lagi, aku berkata dalam hati, "kenapa jalan ini begitu sepi?!"

Dan, akhirnya, aku mengambil keputusan.
Aku berjalan meninggalkannya.
Perempuan itu tergeletak di tengah jalan.
Dan aku meninggalkannya..
Kakiku terasa lemas, tapi aku terus melangkah meninggalkannya..

Kepalaku terasa pening.
Langkahku terhuyung-huyung.
Aku tak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di depanku.
Tapi aku terus saja melangkah meninggalkannya..
Aku berjalan.
Aku memandang langit.
Aku berkata dalam hati, "nyatalah, Kau belum ada di otakku, belum ada di hatiku, belum ada di nadiku.."
"Tuhan, aku malu......"



*beberapa musim yang lalu, masa-masa ketika aku merasa bahwa aku telah beragama, telah beriman, telah berislam...*

kau siang aku malam

riuh siang sepi malam
di kicau fajar bertemu

terang siang kelam malam
di jingga senja berpadu

panas siang dingin malam
di hangat pagi bercumbu

kau siang aku malam
bukankah kita dapat bersatu?

Sabtu, 21 Agustus 2010

KAU DI MANA

aku dengar panggilan itu

aku melangkah ke rumahMu

dan hatiku bertanya

Kau di mana?


makin mewah saja rumahMu

hangat permadani menyambut tapak kakiku

sejuk angin kipas elektrik meniup wajahku

sejuk

nyaman

terlalu nyaman untuk dapat mengingatkanku

pada siksa neraka yang kau janjikan

sebagai balasan dosa dosa

dan hatiku bertanya

Kau di mana?


aku tenggelam dalam khusyuk jamaah

tapi

hatiku terus saja bertanya

Kau di mana?


Kau di mana?

bersama kami di sini

di masjid ini

ataukah di jalan?

menemani pelacur yang kulihat kemarin malam

menjajakan diri

menantang dingin malam

demi janjinya

baju lebaran untuk putri tercinta


Tuhan

Kau di mana?


malang, 11 Ramadhan 1431

Selasa, 03 Agustus 2010

debu dan kita

kita bangun masjid berlantai marmer italia.
kita lapisi dengan permadani jutaan rupiah.
kita bawa juga sajadah dari rumah.
masih kurang,
kita hamparkan juga sorban dari arabia.
untuk melindungi wajah kita dari debu tercela.
agama, begitu mewah...
atau..
kita saja yang semakin pongah??

Thursday, July 16, 2009 at 11:18am